Cristiano Ronaldo: Terima Kasih, Madiba!
Pekerja asing pilar '3 D' di Malaysia
Karmadi, seorang tenaga kerja Indonesia, bekerja memasang kertas pelapis dinding di proyek pembangunan hotel di Port Dickson, sekitar 90 km dari Kuala Lumpur.
Sebagian besar rekan kerja di proyek adalah warga negara dari luar Malaysia, termasuk dari Nepal dan Bangladesh.
"Mandor lapangan juga orang Indonesia dari berbagai daerah antara lain Flores dan Ambon," kata Karmadi.
Rata-rata pekerja setempat menghindari pekerjaan di konstruksi sebab sektor ini dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang masuk kelas '3 D'.
"Dirty (kotor), dangerous (berbahaya) dan demeaning (merendahkan martabatan)," ungkap Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Datuk Wan Junaidi Tuanku Jaafar dalam wawancara khusus dengan BBCIndonesia.com di Putrajaya.
"Rakyat Malaysia sudah menjaukan diri dari pekerjaan-pekerjaan itu walau gajinya tinggi. Bahkan seorang tukang batu mendapat 100 ringgit satu hari," tambahnya.
Roda pembangunan
Selain sektor konstruksi yang menyerap 425.000 tenaga kerja asing, sebagian sektor jasa juga termasuk lapangan kerja yang dianggap menjatuhkan martabat, seperti mencuci piring di restoran.
Tomy, seorang pemilik restoran di Kuala Lumpur mengaku lebih suka mempekerjakan tenaga asing sebab selain biaya lebih murah, tidak banyak orang Malaysia yang mau bekerja di restoran skala kecil dan menengah.
"Saya pikir tidak banyak pekerja lokal yang mau bekerja di sini karena mungkin tidak ada peluang dipromosikan dan bayarannya juga kecil," ungkap Tomy.
Meskipun mengantongi gaji lebih rendah, 2,1 juta tenaga kerja asing yang resmi ditambah sekitar 1,5 hingga 2 juta tenaga kerja tanpa izin di Malaysia mempunyai kontribusi besar dalam menggerakan roda pembangunan.
Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Datuk Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengakui peran mereka.
"Mereka inovatif dan kreatif, pandai mencari jalan untuk mencari nafkah dan rezeki. Bahkan rakyat Malaysia itu sendiri mempunyai kekurangan dalam bidang ini, umpanya perniagaan," katanya.
Ia menambahkan tidak mungkin Malaysia mewujudkan pembangunan seperti yang telah dicapai selama ini tanpa kontribusi tenaga kerja asing.
0 komentar:
Posting Komentar