Pabrikan Himbau Agar Tidak Gunakan Octane Booster
F: Ilustrasi (motorward)
JAKARTA - Penggunaan octane booster atau pendorong oktan bahan bakar kendaraan memang tengah marak menyusul tingginya harga bahan bakar beroktan tinggi seperti Pertamax.
Namun para produsen kendaraan bermotor seperti Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) sangat tidak menyarankan penggunaan zat aditif tersebut.
"Kami sangat menyarankan bagi pemiilik kendaraan untuk tidak menggunakan octane booster, karena dapat berdampak buruk bagi mesin dan performa kendaraan tentunya," ujar Indra Chandra Setiawan, Anggota Tim Transportasi, Lingkungan, dan Infrastrukstur Gaikindo di sela-sela Seminar Forum Kajian Industri Nasional di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut Indra mengatakan, disamping berdampak buruk bagi mesin kendaraan, penggunaan octane booster juga dapat meningkatkan emisi kendaraan, karena saat ini peralatan pengontrol emisi yang sangat rumit. Salah satunya adalah 3-way catalyst dan oksigen sensor untuk gas buang yang mampu melakukan control closed loop yang sangat teliti.
Dengan pencampuran octane enchancer non-oxygenated, akan merusak sensor kendaraan sehingga alat tersebut tidak bekerja tidak optimal. "Sistem kendaraan ini harus bisa dijaga dalam keadaan optimal, agar dapat mempertahankan emisi gas buang yang rendah sepanjang usia kendaraan," tambahnya.
Hal senda juga disampaikan oleh Heru Sutanto, perwakilan dari AISI, adanya beberapa unsur logam (organometallic) pada octane enhancer non-oxygenate seperti zat besi (Fe), timbal (Pb), dan mangan (Mn) justru dapat memperburuk kinerja mesin sepeda motor dalam jangka panjang.
"Seperti bahan zat besi (FE) yang bisa berpengaruh pada kinerja busi, dan saat pengendara ingin menyalip atau berjalan menanjak dan tiba-tiba mesin mati, itu akan sangat berbahaya," tutup Heru. (ian)
0 komentar:
Posting Komentar